Parung (Prolog)

Apakah ini kisah cinta? Namun, apakah itu cinta? Jika cinta adalah sekedar perpaduan nafsu belaka, maka mohon maaf ini bukan untuk anda. Namun, jika cinta adalah ketika setiap sepi saling mengisi, maka senyum akan menanti anda.

= ==  ===   ====    =====     ======      =======

P4TK Penjas & BK Parung

Gapura kokoh bertuliskan PPPPTK Penjas & BK seakan menyeringai masam di dalam benakku sebelum aku mengikuti diklat prajabatan. Entahlah, mungkin memang benakku saja yang sedang tidak bersahabat. Kutitipkan istri dan anakku yang belum genap sebulan demi tugas yang diberikan oleh negara ini.

Kalimat “kegiatan bela negara” seakan terpatri dalam alam bawah sadarku. Akalku menerawang lapang akan apa yang akan kualami nanti. Namun, sang tenang tak alpa untuk membelaiku. Bekalku hanya stamina dan tekad untuk mengecup kembali kening istri dan anakku.

………………………………….

Posted in Uncategorized | Leave a comment

“Jillian?” (Flash Fiction)

“Jillian!!!” Pekik Roman sembari terbangun di ranjang perawatannya.

Sontak Edward menahan lengak Roman sembari menenangkan temannya itu.

“Tenang, Rom. Tenang”

Roman kembali berbaring. Deru nafasnya mulai mereda. Keringat mengucur deras di dahi Roman. Perban melilit 3/4 wajahnya, hanya menyisakan sedikit bagian kanan wajahnya. Masih terlihat jelas noda darah di perbannya. Kecelakaan hebat yang menimpanya bersama Jillian – istrinya –  membuat bagian kiri tubuhnya mengalami luka yang cukup parah. Motor yang dikendarainya sudah tak berbentuk lagi.

“Gimana kabar Jillian, Ed?”

Edward menggeleng lemah sambil menatap tajam mata Roman. Pupil Roman mengecil, tanda ia paham maksud tatapan teman sejak kecilnya itu. Ia menggigit bibirnya sendiri, seakan tak percaya bahwa kejadian buruk ini menimpanya. Air matanya mengalir, namun tak ada suara isak tangis di sana. Roman mencoba tegar. Terbayang iris mata coklat indah milik Jillian, mata ceria dihias senyum kecil berlesung pipi khas istrinya itu.

“Berapa hari gue di sini, Ed?”

“Udah 2 hari lo koma, Rom”

“Jillian udah dikubur kemarin, Rom” Lanjut Edward.

Isak tangis Roman akhirnya pecah, memenuhi ruangan bernomor 15 di rumah sakit tersebut.

***

1 minggu setelah Roman dirawat, tiba saatnya perban Roman diganti. Seraya melihat apakah lukanya sudah membaik atau belum.

Roman menatap nanar cermin di ruangannya. Seorang suster perlahan melepas perbannya. Masih terbayang jelas nuansa wajah ceria Jillian. Iris biru mata Roman bergetar halus tanda kesedihan.

‘Jill’ Batin Roman.

Ketika suster selesai melepas perban, Roman mencoba membuka mata kirinya yang masih tertutup rapat. Terlihat sedikit bekas jahitan di ujung mata kirinya. Namun, bukan iris mata biru khas Roman yang terlihat.

“Jillian?”

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Apa sih Efek Ucapan “Terima Kasih” ? :)

“Mokaseh, Kak”

Ucap seorang pengendara motor kepada petugas pengisian bahan bakar di sebuah pom bensin. Oh ya, potongan kalimat itu dalam bahasa daerah, kalau dalam Bahasa Indonesia akan menjadi “Terima Kasih, Kak”, sedangkan “Kak” adalah sebutan untuk pemuda yang usianya kira – kira tidak jauh dengan yang mengucapkan.

Sadar ga sih kalo ucapan terima kasih, walaupun pada dasarnya ucapan itu cuma terdiri dari 2 kata, tapi untuk yang menerimanya itu seakan menjadi sebuah stimulan atau bisa disebut sebagai tambahan semangat agar bisa lebih baik dalam hal yang dikerjakannya, dalam cerita di atas itu berarti agar lebih sigap, cekatan, dan ramah dalam pelayanan di pom bensin. Dengan catatan, nada dan penyampaian ucapan terima kasih tersebut dengan nada sopan, lembut, dan disertai senyum. 🙂

Saya pribadi pernah bekerja di sebuah penyedia layanan jaringan, walaupun secara SOP (Standart Operational Procedure) saya tidak diperbolehkan berhubungan langsung dengan pelanggan walaupun hanya via telepon, namun saya masih bisa berhubungan secara tidak langsung dengan pelanggan via telepon dengan minimal ada 3 pihak yang terlibat dimana salah satunya adalah call center sebagai perantara.

Ketika masalah pelanggan sudah tersolusikan, nada bicara pelanggan pun terdengar senang karena telah dibantu dan bantuan tersebut didapat dengan cepat sesuai kebutuhan pelanggan.

“Wah, makasih ya mas atas bantuannya”

Reaksi saya? Pastinya senyum dong. 😀

Senang karena udah bikin orang lain senang, bikin tambah semangat kerja karena ada orang yang merasa terbantu dengan kerjaan kita, bikin penilaian mereka terhadap perusahaan semakin meningkat juga. 😀

Sebenernya ini ga berlaku di hubungan antara pelanggan dan penyedia jasa ataupun penjual, tapi berlaku juga di internal penyedia jasa ataupun penjual itu sendiri. Ketika ada 1 pihak yang merasa terbantu dan mengucapkan terima kasih, maka pihak yang membantu dan menerima ucapan tersebut pun akan merasakan hal yang sama dengan yang saya ceritakan sebelumnya. 🙂

Maka biasakan ucapkan terima kasih, walaupun terhadap hal yang kadang dianggap sepele juga kepada orang yang kadang dianggap sebelah mata, kepada tukang pemungut sampah misalnya, atau kepada petugas cleaning service dan office boy di kantor ataupun tempat umum, bikin orang seneng itu dapet pahala loh. 😉

Oh iya, terima kasih ya udah baca tulisan saya. 😀

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Sendiri Lagi, Jingga?

“Mudah – mudahan dimudahkan dan dilancarkan semua urusanmu di sana ya bang”

Jempol mungil Jingga menekan tombol kirim di ponselnya. Sepotong pesan pendek mengandung doa dikirimkan Jingga kepada Biru, suami tercintanya, yang sedang berjuan g menyelesaikan studinya di seberang pulau. Bulat mata Jingga seakan menggambarkan harap yang menumpuk kala sudah beberapa bulan tak memandang dan menyapa suaminya.

‘Minggu depan sudah bulan puasa, mudah – mudahan aku bisa jadi orang yang menyajikan menu sahur dan berbuka untukmu, bang’

Sebuncah harap Jingga memupuk rindu di hati, kala impi sang istri untuk menjadi ‘bidadari’ dunia bagi sang suami pada Ramadhan kali ini. Baru beberapa bulan ini mereka resmi menjadi pasangan suami istri, itulah alasan mengapa Ramadhan kali ini menjadi istimewa bagi Jingga. Kala Ramadhan tak sunyi sendiri, kala Ramadhan jadi ajang saling beriring menjemput ridho sang Ilahi. Sayangnya memang harap anak manusia tak selalu seirama dengan rencana Yang Kuasa.

Biru masih harus berkutat dengan studinya, nun jauh di sana.

“Aamiin, mudah – mudahan Allah mengabulkan doamu dan juga doaku”

Sepotong pesan balasan dari Biru diterima di ponsel milik Jingga. Senyum harap mengembang tipis di bibir Jingga, senyum harap berhias doa untuk sang suami.

***

“Jingga, hari ini tidak begitu lancar, tapi tetap berdoa untukku yah”

Rabu sore, pesan dari Biru dibaca oleh Jingga. Jingga agak sedikit menggigit bibirnya, khawatir akan harapnya tertunda untuk beberapa waktu. Hanya hitungan hari untuk mencapai bulan suci, justru berita seperti ini yang didapatnya. Senja itu dihabiskan Jingga dengan hati penuh harap, agar semua bisa lancar dan harapannya bisa terkabul.

“Tenang saja bang, doaku untukmu tak pernah terputus walau sedetikpun”

Sepotong pesan dikirimkan Jingga kepada Biru malam itu.

“Terima kasih, istriku. Jaga kesehatanmu di sana yah J “

“Sama – sama, bang”

Senyum tipis mengembang di bibir Jingga. Jingga terlelap dengan ponsel masih tergenggam di tangannya.

***

“Beberapa hari ke depan aku mau kerja keras untuk kejar deadline, jadi mungkin aku akan agak kesulitan untuk berkirim pesan denganmu, tetap berdoa untukku ya istriku”

“Tidak apa – apa bang, kamu fokus saja dengan urusanmu di sana, mudah – mudahan dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah ya bang”

Tepat setelah pesan terkirim, adzan dzuhur berkumandang menandakan waktu sholat dzuhur sudah tiba. Jingga bersegera mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat. Khusyuk Jingga menunaikan sholatnya, tiap doa diucapkannya dengan perlahan dan diresapi benar – benar. Tak disangka, air mata Jingga mulai mengalir kala Jingga menyelesaikan sholatnya. Dipanjatkannya doa kepada Yang Maha Kuasa agar seluruh harapnya dikabulkan, agar seluruh urusan suaminya yang nun jauh di sana dilancarkan dan dimudahkan. Penuh harap dan khusyuk doa yang dipanjatkan oleh Jingga, hingga tak dinyana air mata harap terus mengalir dari matanya.

***

Hari – hari menjelang Bulan Ramadhan dijalani oleh Jingga dengan penuh harap dan benak penuh akan segala tentang Biru, suaminya.

“Berdasar hasil sidang hari ini, maka 1 Ramadhan kali ini jatuh pada Hari Rabu”

Sepotong pemberitahuan dari televisi memberitahukan hari pasti kapan Bulan Ramadhan dimulai. Selasa malam, sebelum adzan isya berkumandang, Jingga melihat pemberitahuan tersebut. Datar wajah Jingga, bukan karena tidak bahagia Ramadhan menjelang, namun karena nampaknya pupus harapnya untuk menyambut bulan suci berdua dengan suami tercintanya. Namun senyum segera dihadirkannya kala Jingga mengingat bahwa Allah pasti mempunyai suatu maksud baik di balik ini semua. Jingga pun beranjak dari tempat duduknya untuk menuju ke dapur dan menyiapkan bahan – bahan untuk makan sahur dini hari nanti.

Baru beberapa langkah diambil Jingga, kala suara pintu pagar terbuka dibarengi dengan salam. Suara itu dikenal oleh Jingga, senyum lebar mengembang di wajahnya, air mata membasahi pipinya, Jingga mengambil langkah besar – besar menuju pintu depan ketika pintu depan terbuka dan sesosok lelaki yang dicintanya muncul di hadapannya.

“Abaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang”

Jingga memeluk erat Biru, kala rindu menghapus sendu ketika bertemu.

 

===========================================

 

NB : Cerpen ini masuk dalam 200 cerpen terpilih dalam Proyek Menulis di nulisbuku.com, termasuk dalam buku ke-9, bisa di cek di http://nulisbuku.com/blog/2013/07/inilah-daftar-lengkap-buku-proyekmenulis-kejutan-sebelum-ramdhan/ 🙂

@arifmnajib

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Hadits “Sakti” dari Ust Felix

Sebenernya saya tau ini karena lagi nguping temen kerja saya yang lagi nyetel video acara dimana ada Ust Felix jadi salah satu narasumbernya, cuman saya tergelitik dengan salah satu kisahnya. Jadi begini ceritanya (jreng jreng jreng) …

Sebelum Ust Felix menikah, konon katanya dia meminta calon istrinya untuk menghafal satu hadits, yang bunyinya begini :

«أَلاَّ أُخْبِرُكُمْ بِِِِنِسِائِكُمْ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ اْلوَدُوْدُ اْلوَلُوْدُ اْلعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا الَّتِيْ إِذَا آذَت أَوِ أُوْذِيَتْ جَاءَتْ حَتَّى تَأْخُذَ بِيَدِ زَوْجِهَا ثُمَّ تَقُوْلُ وَاللهِ لاَ أَذُوْقُ غَمِضاً حَتَّى تَرْضَى»

artinya : Ingatlah, aku telah memberitahu kalian tentang istri-istri kalian yang akan menjadi penduduk surga, yaitu yang penyayang, banyak anak (subur), dan banyak memberikan manfaat kepada suaminya; yang jika ia menyakiti suaminya atau disakiti, ia segera datang hingga berada di pelukan suaminya, kemudian berkata, “Demi Allah, aku tidak bisa memejamkan mata hingga engkau meridhaiku”. (HR al-Baihaqi)

Sontak simpul kecil senyum terbentuk pada bibir saya. Dalem hati saya mikir gini, “romantis amat ini hadits, baru tau ada hadits yang bunyinya kayak gini”. Konon kata sang Ust, ketika istrinya lagi ngambek, sontak dia bilang gini ke istrinya, “Ummi, inget hadits-nya?”

Pun ketika sang Ust lagi ngambek sama istrinya, dia juga bilang gitu. Hahaha, lucu juga ya saya pikir, bahwa romantisme suami istri itu sudah dicontohkan sama Rasulullah, kalo hal kayak gini aja sampe dicontohin sama Rasul, buat apaan lagi nyari contoh romantis2an a la barat? Hihihihi..

Kasih tau bini dulu aaahhh..

Posted in Uncategorized | Tagged , , , , | Leave a comment

Seorang Yang Baik Untuk Seorang Yang Baik Pula (?)

Jefri Al Buchori Rahimahullah, atau biasa disapa Uje, punya masa lalu yang kelam. Beliau merupakan seorang mantan pengguna narkoba. Bisa dikatakan bahwa dulu beliau adalah seorang yang “tidak baik”. Pun dalam kondisi seperti itu beliau mendapatkan seorang wanita untuk menjadi istrinya. Dalam kondisi “tidak baik” seperti itu, lantas apakah dengan serta merta kita bisa menyebut kalau istri seorang Uje adalah orang yang “tidak baik”?

Khalayak luas sudah tahu bagaimana kelanjutan dari kisah di atas, Uje menjadi seorang pendakwah dengan banyak pendengar dan pengikutnya, pun istrinya yang sewaktu menikah dengan Uje dalam kondisi belum berjilbab, telah memakai jilbab. Lantas, jika dulu orang – orang menilai Uje sebagai orang tidak baik apakah dengan kondisi sekarang beliau masih bisa dikatakan sebagai orang baik?

Baik atau tidak baik, lantas bagaimanakah kita menyikapi kalimat Tuhan yang kurang lebih potongannya seperti ini, “laki – laki baik untuk perempuan yang baik, begitu pula sebaliknya” ?

Apakah baik atau tidaknya seseorang dinilai dari masa lalunya? Masa kininya? Atau (lebih ekstrim lagi) masa depannya?

Tuhan pun pernah berkata yang kurang lebih adalah bahwa semua perkara ghaib hanya Tuhan-lah yang mengetahuinya. Lantas apakah perkara baik atau tidaknya seseorang termasuk perkara ghaib?

==========================

Mungkin inilah mengapa Tuhan menciptakan malam dan memerintahkan hambanya untuk bangun di tengah malam dan berdoa kepada-Nya. Kala sunyi menerpa, hanya doa menyisir tanpa suara. Sebenarnya saya bukan terbangun atau sengaja untuk bangun, saya hanya masih terjaga sampai sekarang.

==========================

Semua orang pasti memiliki masa lalu. Baik buruknya masa lalu adalah hasil dari sebab akibat pilihan sang makhluk yang menjalaninya. Namun, seburuk – buruknya masa lalu bisa menjadi sebaik – baiknya pelajaran untuk masa kini dan masa depan, atau bisa juga menjadi “sebaik – baiknya” langkah menuju kehancuran di masa kini dan masa depan.

Pilihan, pilihan lah yang menentukannya. Mungkin itulah mengapa manusia diciptakan dengan akal, bukan sekedar membekali dengan otak. Akal, bekal dalam memilih, penentu baik atau buruknya penilaian bekal masa lalu dalam menjalani masa kini dan masa depan.

Bahagia, tujuan akhir semua manusia. Memiliki berbagai macam definisi. Bahagia bisa berarti menjadi pemimpin besar. Bahagia bisa berarti “hanya” sebuah simpul senyum dalam canda. Bahkan mungkin bahagia bisa berarti melihat orang tersiksa.

Akal dan bahagia. 2 hal yang pasti saling berkesinambungan satu sama lain. Bagaimana manusia mengendalikan akal untuk mencapai bahagia, atau mungkin justru manusia tersebut tidak ingin bahagia dengan mengandalkan akalnya.

==========================

Tuhan memberikan cobaan sesuai kemampuan hambanya, Tuhan sesuai prasangka hambanya. Semua PASTI baik di mata Tuhan, karena pada nyatanya memang Tuhan TIDAK pernah sedikit pun melakukan kesalahan. Salah hanya bernilai di mata hambanya, kala hambanya hanya bisa mengutuki keputusan Tuhan tanpa pernah melihat dari sudut pandang lain. Bisa jadi keputusan Tuhan adalah yang terbaik bagi hambanya tapi tidak baik menurut hambanya, kala itu yang terjadi pada kita, kembalikan saja kepada fitrah-Nya. Yaitu, Tuhan tidak pernah salah, tekankan pada jiwa terdalam bahwasanya memang TUHAN TIDAK PERNAH SALAH.

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Satu Waktu (1 Bulan)

DSC01020“tau ga, dari dulu setiap aku lewat istana bogor, aku pengen banget ngelus rusa-nya”

Mata Jingga bulat menerawang menyapa langit, kala khayalnya terbang ke tempat para rusa berkumpul.

“tapi aku juga pengen ke pantai”

Aih Jingga, banyak sekali inginmu. 🙂

Seandainya saja ada pantai yang banyak rusanya, mungkin lebih baik kita ke sana saja ya agar kedua impianmu langsung terkabul. 🙂

Jingga, 1 bulan sudah langit senja terbentuk dalam mimpi kita. Kala Biru dan Jingga tak hanya saling pandang, namun juga saling menjalin mimpi bersama.

1 bulan ini hanya awal, awal mimpi kita, sejauh mana kerikil mimpi kita lontarkan. 1 tahun? 10 tahun? Semoga kerikil mimpi ini terus melompat di atas aliran sungai kehidupan, hingga sampai ke seberang sana, kala kehidupan fana tak lagi ada. Kala abadi menyongsong langit senja. 🙂

~ Lu – Na ~

06 04 13

Posted in Uncategorized | Tagged , , , , , , | Leave a comment

Satu Waktu (Kita)

Interisti142-crop

“Emangnya aku ga bisa sama sekali menghibur kamu ya?”

Sepotong pesan singkat via ponsel tersebut dikirimkan Jingga kepadaku, pada malam setelah aku menelponnya. Seakan ada tangan menamparku seraya bisikan mengusik khayalku.

‘kamu tidak (lagi) sendiri’

‘kamu punya dia’

Kesadaranku bangkit, memang tak sepantasnya aku menunjukkan sisi murungku kepadanya. Senyum, itu seharusnya yang selalu aku hadirkan untuknya. Tapi, aku selalu takut, takut jika saja kali ini aku gagal (lagi) menepati kata – kataku. Takut membuatnya murung kesekian kalinya, karena ketidakmampuanku.

Jingga, maaf ya jika aku selalu (dan selalu) mengecewakanmu… 😦

Posted in Uncategorized | Tagged , , | Leave a comment

Satu Waktu (bandara)

Sosok kecil tersebut berusaha menaiki kursi panjang di ruang tunggu bandara. Berkali – kali ia coba melompat untuk menggapai kursi tersebut. Sang ibu membantunya dengan mengangkat bokong sang anak.

‘hup’

Akhirnya sang anak berhasil duduk manis di kursi tersebut, senyum bangga mewarnai wajah polosnya.

Mata bulat polos sang anak mengamati sepasang anak kecil berusia sekitar 5 – 7  tahun, seakan terpesona atau justru entah ingin bercengkerama dengan mereka, sang anak terus mengamati mereka lekat – lekat. Sesekali sang ibu menggodanya, senyumnya mengembang kala sang ibu memandangnya.

Pemandangan ini kunikmati kala menunggu sang burung besi berlogo singa bersayap hinggap di persinggahannya. Sudah kuduga, kalau penerbangan ini tidak ubahnya seperti penerbangan – penerbangan sebelumnya, terlambat. Satu pemandangan umum yang kulihat adalah, hampir setiap individu memegang gadget – nya masing – masing. Seakan sedang bercengkerama dengan dunia dalam genggamannya.

Namun, ada juga seorang bapak yang sedang membuka korannya lebar – lebar, mengingatkanku tentang pemandangan yang umum terjadi di perjalanan ketika menggunakn KRL di Jabodetabek.

Sedangkan aku? Seakan kembali ke zaman 10 tahun lalu, menulis dengan ballpoint dan buku saku penuh coretan yang bernama rumus. Entah mengapa, aku lebih menikmati sensasi tarian ballpoint di atas kertas. 🙂

Tarian itu pun terhenti kala announcer mengumumkan sudah waktunya bagi kami untuk menaiki pesawat, esok masih ada satu waktu lainnya. 🙂

Posted in Uncategorized | Tagged , , | Leave a comment

Dunia Universitas dalam Kacamata Saya (dosen)

credit to kartun ngampus@facebook (shiro)

credit to kartun ngampus@facebook (shiro)

kalo ga pernah bimbingan, itu namanya mahasiswa gila

Kurang lebih begitu lah kalimat yang dilontarkan oleh sang dosen di depan para mahasiswa dan mahasiswinya dalam sesi “sosialisasi tugas akhir”.  Kasar? Yaa, menurut gw sih kasar, masa’ sih seorang pendidik yang seharusnya bisa menyemangati didikannya malah ngomong kasar gitu.

dosen itu kerjaanya bukan ngurusin kamu doang, tapi juga mesti penelitian, jadi ga bisa nongkrong terus – terusan di kampus

Kalo kalimat ini mengesankan untuk pembenaran manakala dosen – dosen itu susah ditemui di kampus, sms ga dibales, telpon kadang ga diangkat, kalo diangkat pun jawabannya ketus macem ngadepin telemarketing aja.

kita ini kekurangan dosen, kita mau cari dosen tapi ga ada yang mau ke sini, kejauhan. Kenapa kita ga ambil dari lulusan PTS di sini? Emang kamu sudi diajarin sama mereka?

Nah, ini kalimat yang dilontarkan waktu dia menjelaskan kalo kampus gw kekurangan dosen. Dia bilang PTS kota gw ga ada yang bermutu, jadi ga pantes mereka ngajarin mahasiswa kampus gw. Sah – sah aja sih dia bilang gitu, tapi apa parameternya dia bilang ga mutu? Jangan – jangan cuman men-generalisir aja tuh, padahal bisa jadi ada 1 atau 2 orang lulusan PTS itu yang lebih pinter daripada mahasiswa kampus gw, bahkan mungkin lebih pinter dari dia sendiri.

===============

kamu ini bodoh ya

Ini kalimat yang dilontarkan seorang oknum dosen kepada mahasiswa bimbingannya. Bisa – bisanya dia bilang gitu, mungkin kalo dia bilangnya ke gw bisa – bisa gw kalap kali. Hahaha. 😀

==============

Sejauh yang gw alami selama mengalami kehidupan kampus, menurut gw, dosen yang umurnya sekitar 35 tahun ke atas itu seakan – akan ingin selalu dipandang tinggi oleh mahasiswanya, dengan jarang tersenyum (kecuali dosen cowok kepada mahasiswi cantik atau kepada mahasiswanya yang jenius), dan seakan memandang rendah kepada mahasiswanya, bahkan gw pernah ngucapin salam dan ada dosen yang ga jawab salam gw (entah gw ga denger kali ya 😀 ). Kalo untuk dosen yang umurnya di bawah 35 tahun, biasanya lebih ramah dengan mahasiswa, walaupun ga jarang ada juga yang sikapnya dingin. Tapi ada 1 dosen yang paling gw seneng karena gaya bergaulnya, dengan mahasiswa tidak segan senyum, ngobrol pun tidak merasa sok ingin dihormati, semoga beliau selalu mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa. 🙂

Tapi sejauh ini sih gw belom pernah nemuin dosen yang benar – benar bisa memposisikan dirinya sejajar dengan mahasiswanya, seakan – akan menunjukkan kalau dosen dengan mahasiswa itu sama – sama belajar, sama – sama bisa bikin salah, toh memang dosen bukan dewa yang tidak pernah salah, dosen juga bisa “tidak tahu”, karena pada dasarnya (umumnya) dosen itu hanya tahu dan paham lebih dahulu karena rentang waktu pengalaman belajarnya yang lebih lama dari mahasiswanya.

Semoga dosen – dosen bisa lebih menyemangati mahasiswa mahasiswinya dengan senyum, dengan ramah, bukan dengan menakut – nakuti atau dengan meneror. Semoga dosen – dosen yang bisa bersikap seperti itu mendapat balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa. 🙂

catatan iseng seorang mahasiswa yang merasa sulitnya lulus kuliah, dan hanya bisa merasa bahwa pada dasarnya semua harus dinikmati agar tak ada beban yang dirasa. 🙂

Posted in Uncategorized | Tagged , , , | 1 Comment