Sendiri Lagi, Jingga?

“Mudah – mudahan dimudahkan dan dilancarkan semua urusanmu di sana ya bang”

Jempol mungil Jingga menekan tombol kirim di ponselnya. Sepotong pesan pendek mengandung doa dikirimkan Jingga kepada Biru, suami tercintanya, yang sedang berjuan g menyelesaikan studinya di seberang pulau. Bulat mata Jingga seakan menggambarkan harap yang menumpuk kala sudah beberapa bulan tak memandang dan menyapa suaminya.

‘Minggu depan sudah bulan puasa, mudah – mudahan aku bisa jadi orang yang menyajikan menu sahur dan berbuka untukmu, bang’

Sebuncah harap Jingga memupuk rindu di hati, kala impi sang istri untuk menjadi ‘bidadari’ dunia bagi sang suami pada Ramadhan kali ini. Baru beberapa bulan ini mereka resmi menjadi pasangan suami istri, itulah alasan mengapa Ramadhan kali ini menjadi istimewa bagi Jingga. Kala Ramadhan tak sunyi sendiri, kala Ramadhan jadi ajang saling beriring menjemput ridho sang Ilahi. Sayangnya memang harap anak manusia tak selalu seirama dengan rencana Yang Kuasa.

Biru masih harus berkutat dengan studinya, nun jauh di sana.

“Aamiin, mudah – mudahan Allah mengabulkan doamu dan juga doaku”

Sepotong pesan balasan dari Biru diterima di ponsel milik Jingga. Senyum harap mengembang tipis di bibir Jingga, senyum harap berhias doa untuk sang suami.

***

“Jingga, hari ini tidak begitu lancar, tapi tetap berdoa untukku yah”

Rabu sore, pesan dari Biru dibaca oleh Jingga. Jingga agak sedikit menggigit bibirnya, khawatir akan harapnya tertunda untuk beberapa waktu. Hanya hitungan hari untuk mencapai bulan suci, justru berita seperti ini yang didapatnya. Senja itu dihabiskan Jingga dengan hati penuh harap, agar semua bisa lancar dan harapannya bisa terkabul.

“Tenang saja bang, doaku untukmu tak pernah terputus walau sedetikpun”

Sepotong pesan dikirimkan Jingga kepada Biru malam itu.

“Terima kasih, istriku. Jaga kesehatanmu di sana yah J “

“Sama – sama, bang”

Senyum tipis mengembang di bibir Jingga. Jingga terlelap dengan ponsel masih tergenggam di tangannya.

***

“Beberapa hari ke depan aku mau kerja keras untuk kejar deadline, jadi mungkin aku akan agak kesulitan untuk berkirim pesan denganmu, tetap berdoa untukku ya istriku”

“Tidak apa – apa bang, kamu fokus saja dengan urusanmu di sana, mudah – mudahan dimudahkan dan dilancarkan oleh Allah ya bang”

Tepat setelah pesan terkirim, adzan dzuhur berkumandang menandakan waktu sholat dzuhur sudah tiba. Jingga bersegera mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat. Khusyuk Jingga menunaikan sholatnya, tiap doa diucapkannya dengan perlahan dan diresapi benar – benar. Tak disangka, air mata Jingga mulai mengalir kala Jingga menyelesaikan sholatnya. Dipanjatkannya doa kepada Yang Maha Kuasa agar seluruh harapnya dikabulkan, agar seluruh urusan suaminya yang nun jauh di sana dilancarkan dan dimudahkan. Penuh harap dan khusyuk doa yang dipanjatkan oleh Jingga, hingga tak dinyana air mata harap terus mengalir dari matanya.

***

Hari – hari menjelang Bulan Ramadhan dijalani oleh Jingga dengan penuh harap dan benak penuh akan segala tentang Biru, suaminya.

“Berdasar hasil sidang hari ini, maka 1 Ramadhan kali ini jatuh pada Hari Rabu”

Sepotong pemberitahuan dari televisi memberitahukan hari pasti kapan Bulan Ramadhan dimulai. Selasa malam, sebelum adzan isya berkumandang, Jingga melihat pemberitahuan tersebut. Datar wajah Jingga, bukan karena tidak bahagia Ramadhan menjelang, namun karena nampaknya pupus harapnya untuk menyambut bulan suci berdua dengan suami tercintanya. Namun senyum segera dihadirkannya kala Jingga mengingat bahwa Allah pasti mempunyai suatu maksud baik di balik ini semua. Jingga pun beranjak dari tempat duduknya untuk menuju ke dapur dan menyiapkan bahan – bahan untuk makan sahur dini hari nanti.

Baru beberapa langkah diambil Jingga, kala suara pintu pagar terbuka dibarengi dengan salam. Suara itu dikenal oleh Jingga, senyum lebar mengembang di wajahnya, air mata membasahi pipinya, Jingga mengambil langkah besar – besar menuju pintu depan ketika pintu depan terbuka dan sesosok lelaki yang dicintanya muncul di hadapannya.

“Abaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang”

Jingga memeluk erat Biru, kala rindu menghapus sendu ketika bertemu.

 

===========================================

 

NB : Cerpen ini masuk dalam 200 cerpen terpilih dalam Proyek Menulis di nulisbuku.com, termasuk dalam buku ke-9, bisa di cek di http://nulisbuku.com/blog/2013/07/inilah-daftar-lengkap-buku-proyekmenulis-kejutan-sebelum-ramdhan/ 🙂

@arifmnajib

This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a comment